Kegiatan Produksi Menurut Islam

1. Pengertian Produksi Menurut Islam

Produksi menurut Islam adalah proses mencari, mengalokasikan, dan mengolah

sumber daya menjadi output dalam rangka meningkatkan maslahat bagi manusia. Oleh

karena itu, produksi juga mencakup aspek penentuan tujuan, pemilihan input, proses

produksi (termasuk moralitas/etika dalam produksi) dan output.

2. Tujuan Produksi Menurut Islam

Tujuan produksi menurut Islam adalah mewujudkan kemaslahatan yang maksimal

dengan sumber daya yang tersedia, baik kemaslahatan itu berupa manfaat yang diterima

langsung atau tidak langsung oleh konsumen. Manfaat langsung bagi produsen yaitu

mendapatkan laba dan maslahat, sedangkan manfaat tidak langsung bagi produsen

yaitu produsen hanya mendapatkan maslahat yakni mendapatkan manfaat dan berkah.

Seperti produsen hanya memproduksi dengan kemungkinan tidak mendapatkan laba,

tetapi telah memanfaatkan sumber daya yang telah dititipkan oleh Allah SWT contohnya,

membuka lapangan pekerjaan, memproduksi barang yang halal, memproduksi barang

yang halal walaupun dengan biaya produksi yang lebih mahal dan belum tentu diminati

oleh konsumen, dan sebagainya.

Secara lebih spesifik, ekonom muslim menjelaskan tujuan kegiatan produksi sesuai

ekonomi Islam adalah meningkatkan kemaslahatan yang bisa diwujudkan di antaranya

dalam bentuk:

a) Memenuhi kebutuhan manusia hingga tingkat moderat.

Pemenuhan sarana kebutuhan manusia pada takaran moderat akan menimbulkan

2 (dua) implikasi:

1) Produsen hanya menghasilkan barang atau jasa yang menjadi kebutuhan (need),

meskipun belum tentu merupakan keinginan (want) konsumen. Barang atau

jasa yang dihasilkan harus memiliki manfaat riil bagi kehidupan yang Islami dan

bukan sekadar memberikan kepuasan maksimum bagi konsumen.

2) Kuantitas produksi tidak akan berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan yang

wajar. Produksi barang atau jasa secara berlebihan tidak hanya menimbulkan

misalokasi sumber daya ekonomi dan kemubaziran, tetapi juga menyebabkan

cepat terkurasnya sumber daya secara cepat.

b) Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya.

Kegiatan produksi secara umum memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan

konsumen, namun peran produsen dalam ekonomi Islam adalah dengan terus 


melakukan inovasi untuk menemukan jenis kebutuhan manusia. Misalnya,

kebutuhan tentang rumah sederhana tahan gempa baru disadari konsumen setelah

gempa terjadi, kebutuhan akan air minum sehat disadari ketika banyak penyakit

yang timbul karena kekurangan air minum yang sehat.

c) Menyiapkan persediaan barang atau jasa di masa depan.

Produsen berpikir bagaimana memenuhi kebutuhan konsumen di masa depan

seperti menyediakan sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan jangka

panjang sekaligus memperbaiki kerusakan alam dalam jangka pendek. Penemuan

sumber energi biologis (biogas atau biodiesel), energi listrik tenaga matahari

(solar energy), mobil listrik tenaga matahari, merupakan contoh produksi yang

direkomendasikan oleh Islam.

d) Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah SWT.

Tujuan produksi ini menjadi ciri khas dari produksi Islam. Dengan kata lain, tujuan

produksi adalah mendapatkan berkah yang secara fisik belum tentu dirasakan oleh

pengusaha itu sendiri, tetapi dapat dirasakan secara sosial. Selain untuk pemenuhan

kebutuhan manusia sendiri, produksi harus berorientasi kepada kegiatan sosial dan

beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firmanNya dalam Alquran surah As-Saff

(61): 10-11):

"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan

yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada

Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah

yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.''

3. Nilai-Nilai Islam dalam Produksi

Secara singkat di Bab I telah disebutkan ada 4 (empat) nilai pokok dalam ekonomi

Islam, yaitu kepemilikan, keadilan dalam berusaha, kerja sama dalam kebaikan, dan

pertumbuhan yang seimbang. Dalam melakukan produksi produsen dituntut untuk

selalu mengaplikasikan nilai-nilai Islam. Misalnya, tidak memproduksi barang yang

haram dan barang yang mengandung zat membahayakan.

4. Maksimisasi Maslahat dalam Produksi

Bagaimana konsep maslahat diaplikasikan dalam perilaku produsen? Maslahat terdiri dari

2 (dua) komponen yaitu manfaat dan berkah. Bagi produsen yang menaruh perhatian

pada keuntungan atau laba, maka laba ini merupakan salah satu wujud manfaat

material (maal). Meskipun demikian, laba dapat dipergunakan untuk mewujudkan 


maslahat lainnya seperti maslahat fisik, intelektual, maupun sosial. Oleh karena itu,

motivasi mencari laba dalam Islam diperbolehkan bahkan dianjurkan selama laba itu

akan meningkatkan kemaslahatan.

Komponen maslahat kedua dalam produksi adalah berkah, yaitu bertambahnya kebaikan

yang ditimbulkan dari suatu proses produksi sebagai akibat dari komitmen terhadap

kewajiban agama atau berbuat baik kepada pihak lain dengan memerlukan biaya

tambahan. Contoh, untuk mendapatkan daging yang halal bagi sebuah warung makan,

maka adakalanya diperlukan biaya tambahan dan ada kalanya tidak, bergantung pada

adat dan budaya yang berkembang di wilayah tersebut. Pada sebagian besar negara

Barat menggunakan daging halal mungkin berimplikasi pada meningkatnya biaya

produksi, namun di Indonesia hal ini belum tentu menambah biaya produksi


 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved