Window Dressing, Apa dan Bagaimana Mekanismenya?

Setiap Akhir tahun, fenomena window dressing selalu marak dibicarakan. Banyak orang berbicara seolah olah kinerja perusahaan bisa dengan mudah dipercantik, sehingga pemegang saham bahagia, dan masyarakat memiliki persepsi yang bagus terhadap perusahaan dan produknya. Membuat persepsi baik, sampai disini tidak ada yang salah. Semua perusahaan tentu ingin dipersepsikan bagus, itu sebabnya setiap perusahaan juga punya humas dan pasang iklan.

 

Tetapi window dressing memiliki mekanisme yang berbeda, karena persepsi bagus dilakukan dengan cara manipulatif yang berpotensi merugikan beberapa pihak. Pada prinsipnya window dressing ada dua. 

 

1.    Window Dressing Oleh Managemen Perusahaan

Yang pertama window dressing dilakukan oleh manajemen perusahaan, sehingga grafik kinerja finansial per triwulan terlihat memiliki progres yang positif. Hal ini penting sehingga ketika direksi melakukan pertanggung jawaban ke dewan komisaris, maka direksi akan dianggap memiliki raport yang meningkat dalam tahun berjalan.

 

Sebenarnya dalam kondisi normal, tanpa dilakukan window dressingpun. Omset perusahaan akan cenderung tinggi di akhir tahun pada sektor - sektor tertentu. Hal ini karena adanya kebiasaan para salesman mengejar target penjualan tahunan. Sehingga tiddak jarang para salesman ini bersedia memotong komisinya untuk memberi intensif pada pembelinya.

 

Dalam hal produksi dan stock barang, perusahaan juga akan berusaha menghabiskan stock produksi tahun berjalan untuk habis sebelum tahun berakhir. Hal ini tampak pada penjualan otomotif yang biasanya mobil tahun 2020 sudah habis di transaksi tahun 2020 walaupun unitnya mungkin diterima di bulan Januari tahun berikutnya.

 

Jadi kenaikan kinerja di Q4 bisa jadi memang fenomena alamiah. Tetapi bisa juga karena utak atik laporan keuangan (window dressing). Walaupun demikian sebenarnya utak - atik laporan keuangan di era saat ini akan semakin sulit. Karena standart akuntansi semakin ketat. Hal ini tidak lepas dari praktek - praktek fraud yang dilakukan beberapa oknum dimasa lalu. Sehingga standar akuntansipun terus berbenah dari waktu ke waktu.

 

Sulit bukan berarti tidak ada. Tetapi karena standar akuntansinya semakin ketat, maka peluang melakukan cara - cara fraud dimasa lalu sudah hampir tertutup peluangnya.

 

2.    Window Dressing Oleh Manager Investasi

Yang Kedua, window dressing dilakukan oleh manager investasi. Manager investasi adalah orang yang menjalankan keputusan investasi atas dana yang dipercayakan padanya. Investasi itu bisa berupa surat utang perusahaan, surat utang pemerintah atau saham. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gain (keuntungan). 

 

Dalam hal window dressing, menjelang tutup tahun manager investasi akan melakukan closing pada portofolio yang negatif dan menggantinya dengan portofolio yang memiliki trend kenaikan bagus sepanjang tahun tersebut. Tujuannya adalah ketika dia menyodorkan laporan pada investor di akhir tahun. Maka terlihat bahwa manager investasi ini memiliki daftar portofolio yang bagus.

 

Tetapi apabila dilihat lebih detail, maka akan terlihat ada yang tidak cocok antara gain yang didapat dengan daftar portofolio yang ada. Ya tentu saja tidak akan cocok, karena saham tersebut baru dia beli menjelang akhir tahun. Jika banyak manager investasi yang melakukan hal tersebut, maka otomatis saham saham yang moncer di tahun tersebut akan makin naik karena banyak yang beli. Tetapi hal tersebut tidak selalu terjadi karena tergantung banyak variabel lainnya.

 

Cara cara licik seperti inipun juga semakin berkurang. Karena dalam pasar modal ada 3 hal yang paling penting yaitu intelegensia, energi dan integritas. Selalu ada petualang baru yang mencoba mengabaikan hal tersebut. Tetapi biasanya tidak bertahan lama. Saya juga percaya bahwa sebagian besar manager investasi tidak akan licik pada para investornya.

 

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved