Di dalam ilmu ekonomi, sering ditemui istilah BEP atau Break Even Point. Kamu pasti sering menemukan istilah ini di artikel bisnis yang mengulas tentang keadaan yang terjadi di suatu perusahaan. Tak jarang BEP menjadi sebuah indikator para investor untuk menginvestasikan modalnya ke suatu perusahaan. BEP ini berbeda halnya dengan balik modal, banyak orang salah mengartikan keduanya. Di dalam ilmu akuntansi, balik modal adalah ROI (Return of Investment). ROI adalah modal yang dikeluarkan saat menjalankan bisnis dan sudah memberikan profit dalam periode tertentu. Namun, bagi kamu pebisnis pemula yang masih awam, tentu menjadi sebuah kendala untuk memahami sebuah berita keuangan dan bisnis terkait BEP ini. Pengertian BEP (Break Even Point) Secara UmumBEP adalah titik keseimbangan hasil dari pendapatan dan modal yang dikeluarkan, sehingga tidak terjadi kerugian atau keuntungan. Total keuntungan dan kerugian yang dihasilkan pada posisi 0 (titik break even point) dapat diartikan bahwa di titik ini perusahaan tidak mengalami kerugian atau keuntungan. Break Even Point adalah operasional perusahaan menggunakan biaya tetap (fixed cost dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel (variable cost). Jika suatu perusahaan mengalami kerugian, hal ini terjadi ketika penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap. Begitu juga sebaliknya, ketika perusahaan memperoleh profit atau keuntungan maka penjualan ini melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan perusahaan. Perhitungan saham yang dibuat dengan menggunakan metode BEP dapat membuat seorang investor untuk melakukan kegiatan jual beli saham, kapan saat yang tepat untuk membeli (call) dan kapan harus menjual (put). Dasar-Dasar BEP (Break Even Point)Perusahaan dapat mengetahui kondisi keuangannya untuk periode selanjutnya dengan melihat hasil BEP yang dihasilkan dari penjualan. Oleh karena itu, para pengusaha perlu konsep dasar dalam penentuan Break Even Point ini, seperti berikut:
|