Kemampuan literasi atau keterampilan mendengar,
berbicara, membaca, menulis, dan mengeja sangat penting untuk diajarkan kepada
anak usia dini. Sebab, kemampuan literasi mencakup seluruh
kemampuan anak dalam mengolah informasi dan memecahkan setiap masalah pada
tingkat tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Melansir Kompas.com, Kamis (1/10/2020),
penggagas gerakan Literasi Sekolah Satria Dharma mengatakan, kemampuan literasi
yang rendah bisa berpengaruh terhadap kemampuan menggerakkan roda perekonomian.
Literasi yang rendah juga bisa menimbulkan hoaks dan hate speech di
tengah masyarakat. Menurutnya, anak-anak Indonesia memiliki minat baca yang
sama besarnya dengan negara lain. Masalahnya, kata Dharma, sejak kecil dan
selama sekolah, anak-anak Indonesia tidak diwajibkan membaca buku. Ia pun membandingkan kebiasaan membaca buku di
negara-negara lain. Di Thailand, misalnya, anak-anak SMA diwajibkan membaca
lima judul buku dan di Amerika Serikat (AS) 32 judul buku. “Di SMA Indonesia, 0 judul. Ini fakta yang sangat
menyakitkan. Jadi anak-anak kita rabun membaca dan tidak menulis. Prestasinya
rendah. Dari 41 negara, kita hanya peringkat 39 Programme for International
Student Assessment (PISA),” ujar Dharma. Berdasarkan hasil assessment PISA
yang diadakan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD)
pada 2018, siswa di Indonesia yang berusia 15 tahun mendapat nilai lebih rendah
dari rata-rata OECD dalam kemampuan membaca. Level profisiensi membaca tertinggi versi PISA
adalah level 6. Sementara itu, hasil survei menunjukan 80 persen siswa
Indonesia hanya memenuhi profisiensi membaca level 1 dan sebanyak 20 persen
siswa Indonesia mencapai level 2. Meski begitu, keterampilan literasi tidak terbatas
pada membaca buku cerita. Pada era digital, video animasi juga dapat
dimanfaatkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi anak-anak. Melansir Kompas.id, Minggu (25/9/2022),
Kepala Badan Bahasa E Aminudin Aziz mengatakan, pihaknya merasa perlu dan
penting membuat bahan penguatan literasi bagi anak dalam bentuk video animasi. Sebab, penumbuhan dan pengembangan budaya
literasi numerasi,
terutama pada anak usia dini, akan lebih mudah dilakukan melalui media
audiovisual yang menarik. Selain itu, terpaparnya anak dengan gawai di usia
dini juga tidak bisa dihindari. Oleh karenanya, orangtua pun perlu memperhatikan
strategi pembelajaran yang tepat dalam mengajar literasi numerasi kepada anak. Menurut Program Specialist Putera Sampoerna Foundation Jani Natasari Sinulingga pada
salah satu sesinya pada Global Educational Supplies and Solutions Asia,
berikut lima cara melatih kemampuan literasi anak di rumah. 1. Berbicaralah dengan
terbuka Menumbuhkan sifat terbuka bisa berpengaruh dalam
membentuk anak yang gemar bercerita. Orangtua bisa memulai dengan menceritakan
apa yang dikerjakan hari ini dan apa yang dirasakan. Setelah itu, ajak anak untuk aktif berbicara dengan
melempar beberapa pertanyaan tentang pengalamannya atau apa yang sedang
dirasakan, seperti setelah bermain atau belajar. Berikan pula umpan balik yang positif dan bermakna
saat berdiskusi bersama sehingga anak terdorong untuk bercerita, lebih
tertantang, dan aktif berbicara. 2. Membaca buku bersama Mengajari anak membaca buku tidak bisa dengan
menyuruhnya membaca saja, tetapi juga harus ada contoh dari orangtua. Hal itu bisa dilakukan dengan mendekatkan anak
dengan buku, termasuk buku digital dengan tampilan interaktif, agar anak banyak
terpapar dengan kegiatan membaca. Selain itu, membaca buku bersama juga bisa lebih
menarik bagi anak karena mereka bisa bertanya ketika menemukan kosakata atau
ragam ekspresi baru. Belajar dari buku juga bisa melatih anak untuk
mengenal tokoh dan mengungkapkan sesuatu. 3. Menggambar Pernahkah anak Anda malah menggambar ketika diminta
menulis? Jangan dimarahi. Menggambar tidak sesederhana mencoret-coret tanpa
arti, tapi juga tindakan yang melibatkan aspek keterampilan, sikap, dan
kognitif. Menggambar bisa melatih koordinasi antara mata dengan
tangan dan berpikir saat berimajinasi. Aktivitas ini berguna meningkatkan
kemampuan mengingat saat membaca. Agar kegiatan lebih menarik bagi anak, mintalah
mereka menceritakan makna gambarnya. 4. Ajak anak menulis Adanya gawai bisa membuat pelajaran menulis dengan
tangan bukan lagi hal yang menarik. Padahal, menulis memerlukan pola pikir,
pengamatan, dan introspeksi sehingga bisa mengasah daya ingat dan daya kritis
mereka. Untuk itu, latihlah mereka menulis hal-hal yang
menarik bagi anak, seperti mencatat aktivitas atau merancang permainan seru,
misalnya menulis namanya, nama orang-orang terdekat, dan hobinya. 5. Jadilah pendengar yang
baik Mengabaikan emosi anak bisa berpengaruh dalam
membuat anak merasa kesepian dan tertekan. Oleh karenanya, menjadi pendengar
yang baik sangat penting agar perasaan mereka diakui dan memberikan rasa aman. Menjadi pendengar yang baik juga membantu orangtua
memahami anak lebih baik dan menjaga hubungan lebih kuat. Mulailah dengan mendengar setiap ocehan dan ceritanya.
Jangan ragu pula memberikan respons yang bermakna saat mendampingi anak. Melatih kemampuan numerasi Selain literasi dalam hal bahasa, literasi numerasi
atau kemampuan menggunakan simbol matematika juga tidak kalah penting. Sebab, anak-anak akan melihat dan menggunakan angka
di lingkungan sekitar, seperti menggunakan penjumlahan dan pengurangan saat
membeli sesuatu, melihat waktu pada jam, atau sekadar menyebutkan nomor rumah. Orangtua pun perlu mengembangkan sikap positif
untuk melatih literasi numerasi sejak dini. Jani pun menjelaskan, melatih kemampuan numerasi
anak juga dapat dilakukan melalui aktivitas sederhana dan sehari-hari di rumah. “Bermain permainan yang melibatkan angka, seperti
ular tangga, congklak, dan lainnya. Kegiatan ini mengajarkan anak tentang
pola,” katanya. Bernyanyi bersama dengan berbagai lagu yang
membangun kesadaran anak tentang angka juga bisa menjadi cara menyenangkan
melatih literasi numerasi. Jani menambahkan, melibatkan anak dalam kegiatan
sehari-hari seperti meminta tolong mengambilkan sesuatu juga bisa menjadi cara
melatih anak. “Contohnya, ‘Tolong ambilkan tiga buat tomat di
kulkas, ya. Bisakah kamu memberikan 10 potong apel kepada saya?’” kata Jani Dia juga menganjurkan membaca secara teratur agar
membantu anak menyadari keberadaan angka, makna, dan simbol atau lambang angka
yang ada di sekitar mereka. “Peran orang dewasa adalah mendampingi dan
memberikan scaffolding (metode pembelajaran dengan memberikan
dukungan belajar secara terstruktur) sesuai dengan kesiapan anak agar memiliki
sikap positif terhadap numerasi,” jelasnya.
|