Tahukah kamu bahwa ada daftar kata yang tidak
boleh di awal kalimat? Daftar kata ini adalah kelompok kata yang sifatnya
khusus, di mana penempatannya tidak bisa di awal kalimat. Sesuai dengan
namanya, maka kata yang dilarang berada di awal kalimat tidak hanya satu atau
dua melainkan ada beberapa. Kira-kira apa saja kata yang masuk ke dalam daftar
tersebut? Baik sebagai penulis maupun pembaca tentu wajib tahu. Sebab dalam
bahasa Indonesia ada aturan khusus mengenai penulisan kalimat yang baik dan
benar. Sekaligus penggunaan kata yang tepat dalam setiap kalimat yang
disusun. Daftar
Kata yang Tidak Boleh di Awal Kalimat Dalam bahasa Indonesia terdapat sejumlah aturan yang
mengatur penulisan dan penggunaan kata dalam suatu kalimat. Aturan ini sudah
ditetapkan sejak lama dan sudah dipelajari dari generasi ke generasi. Hanya
saja, sampai detik ini memang masih banyak dijumpai kesalahan dalam hal
penulisan maupun pemilihan kata. Kesalahan semacam ini bisa terjadi karena dua sebab. Pertama,
karena tidak tahu atau bisa disebut dengan istilah “bodoh”. Sehingga, penulis
belum mengetahui bahwa apa yang dilakukan adalah sesuatu yang keliru. Kalimat
yang ditulis memakai kata yang salah dan struktur yang salah, dikatakan salah
karena tidak sesuai dengan EYD. Penyebab kedua, adalah karena malas. Banyaknya aturan
yang menyertai penulisan dalam bahasa Indonesia bisa membuat beberapa orang
malas untuk belajar. Sehingga yang keliru akan selamanya menjadi keliru, karena
memang tidak ada keinginan untuk memperbaiki kekeliruan tersebut. Membantu menekan kesalahan yang disebabkan oleh penyebab
kedua, maka akan dibahas mengenai daftar kata yang tidak boleh di awal
kalimat. Pada dasarnya banyak yang perlu dibahas untuk bisa membantu
menyusun kalimat yang baik dan benar sesuai dengan EYD. Namun, penggunaan kata
yang salah di awal kalimat termasuk kesalahan yang sering terjadi. Jadi, dalam bahasa Indonesia ada satu jenis kata yang
pada dasarnya tidak bisa atau tidak boleh diletakkan di awal kalimat. Yakni
kata hubung atau konjungsi, yang sesuai dengan fungsinya adalah menghubungkan
antara dua klausa, dua kalimat, maupun dua paragraf. Sebagai penghubung, maka
kata hubung kemudian tidak bisa dijadikan kata pembuka. Adapun daftar kata yang tidak boleh di awal
kalimat dari jenis kata hubung tersebut meliputi: 1.
dan. 2.
atau. 3.
tetapi. 4.
sehingga. 5.
melainkan, dan juga kata 6.
sedangkan. Enam kata hubung tersebut sudah tentu tidak bisa
dijadikan kata pembuka dalam suatu kalimat pertama. Artinya, semua kata
tersebut tidak boleh diletakkan di awal kalimat kecuali jika di depannya sudah
ada kalimat lain. Sehingga penambahannya berfungsi menghubungkan paragraf satu
dengan paragraf lain atau kalimat satu dengan kalimat lain. Kenapa
Tidak Boleh Diletakkan di Awal Kalimat? Kata penghubung seperti yang disebutkan di atas memang
tidak bisa diletakkan di awal kalimat. Alasannya karena memang pada dasarnya
berfungsi sebagai penghubung. Jika fungsinya sebagai penghubung, maka tidak
akan bisa difungsikan sebagai pembuka kalimat. Meskipun begitu, enam kata yang masuk daftar kata
yang tidak boleh di awal kalimat di atas pada beberapa kondisi bisa
diletakkan di awal kalimat. Yakni ketika di depannya ada kalimat atau paragraf
lain. Sehingga penambahannya berfungsi untuk menghubungkan kalimat tempatnya
berada dengan kalimat di depannya. Bisa juga untuk menghubungkan paragraf di mana kata
hubung tersebut ditambahkan dengan paragraf sebelumnya. Sehingga fungsinya
masih dapat berjalan dengan baik, yakni sebagai penghubung. Sebagai kata hubung,
karena alasan ini juga dalam pembuatan judul kata hubung tidak bisa diletakkan
di awal. Kesalahan
Umum dalam Menulis Dalam dunia kepenulisan, kesalahan dalam penggunaan kata
dan penempatannya dalam kalimat memang masih jamak dijumpai. Inilah alasan
kenapa belajar secara terus menerus adalah hal penting. Supaya di masa
mendatang tidak ada lagi kesalahan dalam hal penulisan kalimat. Selain sering keliru dalam menempatkan kata yang
masuk daftar kata yang tidak boleh di awal kalimat. Dalam dunia
kepenulisan di tanah air juga masih sering dijumpai bentuk kesalahan lainnya.
Misalnya: 1.
Penulisan Kata Depan Bentuk kesalahan yang pertama dalam hal menulis adalah
penulisan kata depan, kata depan ini seperti kata di dan ke.
Keduanya sering digunakan dalam penulisan suatu karya tulis, baik ilmiah maupun
non ilmiah. Hanya saja masih jamak dijumpai kesalahan ketika
menuliskannya. Kesalahan yang paling umum adalah tidak bisa membedakan
kapan kata depan ini disambung dan kapan harus dipisah. Dalam bahasa Indonesia,
sesuai juga dengan EYD kata depan bisa dipisah dan bisa disambung tergantung
pada fungsi kata depan tersebut. Apakah sebagai imbuhan atau sebagai penunjuk waktu,
tempat, dan lain sebagainya? Beda fungsi maka beda juga penulisannya. Kuncinya
adalah, kata depan ketika diikuti oleh keterangan waktu dan tempat maka
penulisannya dipisah. Misalnya: di pasar, di kamar, di rumah, ke rumah,
ke kota, ke teras, dan lain-lain. Sedangkan untuk kata depan yang berfungsi sebagai imbuhan
maka penulisannya adalah disambung atau digabung. Misalnya saat menambahkan
kata: digunakan, digaruk, diketahui, dilarang, kenapa, kemana,
kesana, dan lain sebagainya. Jadi, kata depan penulisannya harus disesuaikan dengan
kata yang mengikutinya. Jika menunjukkan tempat dan waktu maka secara otomatis
penulisannya dipisah. Selain dari itu, maka penulisannya adalah
disambung. Supaya tidak bingung kamu cukup mengingat satu saja,
misalnya mengingat kalau kata depan perlu dipisah saat menunjukkan keterangan
tempat dan waktu. Sebab beberapa orang cenderung mudah bingung dan lupa jika
mengingat semua fungsi kata depan. 2.
Penggunaan Tanda Baca Kesalahan kedua selain keliru dalam menggunakan daftar
kata yang tidak boleh di awal kalimat maupun kata depan. Juga masih
sering dijumpai kesalahan dalam menentukan tanda baca yang akan digunakan dalam
suatu kalimat. Apakah kamu juga masih bingung mengenai penggunaan tanda
baca? Tanda baca digunakan untuk menentukan intonasi dalam
kalimat, sehingga memudahkan pembaca saat membacanya. Hal ini penting sebab
dalam menyusun kalimat perlu ada jeda, perlu ada kesempatan bagi pembaca untuk
bernafas, sekaligus mengetahui bentuk kalimat apakah menunjukkan rasa sayang,
marah, atau yang lainnya. Semua itu bisa tersampaikan dengan sangat jelas lewat
pemilihan tanda baca yang memang tepat. Sehingga kalimat menjadi enak dibaca
dan juga mudah untuk dipahami. Jenis tanda baca sendiri sangat beragam dimulai dari
tanda titik (.), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kutip (“), tanda koma
(,), dan lain sebagainya. Jenis tanda baca ini bisa ditemukan dalam satu
paragraf, dan ada pula yang hanya menggunakan satu jenis tanda baca. Tergantung
pada konteks yang disampaikan dalam tulisan. Tanda tanya digunakan untuk mengakhiri kalimat tanya,
sehingga pembaca kemudian tahu bahwa penulis sedang menanyakan sesuatu. Atau
seorang karakter di dalam kalimat tersebut sedang bertanya kepada karakter
lainnya. Sedangkan tanda seru digunakan untuk menutup kalimat perintah maupun
ajakan. Tanda titik digunakan untuk mengakhiri kalimat yang tidak
mengandung pertanyaan, serua, perintah, maupun ajakan. Sementara untuk tanda
petik biasanya digunakan untuk menyampaikan kutipan maupun membangun percakapan
alias dialog dalam suatu karya tulis. Tanda petik ini mudah dijumpai pada karya ilmiah pada
saat penulis melakukan kutipan langsung, dan paling sering ditemukan pada teks
berita. Di mana tanda petik menyampaikan kutipan langsung dari
narasumber. Selain itu, sering juga dijumpai pada cerita pendek atau
cerpen dan novel. Di mana dua jenis karya tulis ini menambahkan dialog antar
tokoh di dalamnya. Pada penulisan dialog pun biasanya akan bersinggungan dengan
tanda baca lain, misalnya tanda tanya maupun tanda koma. Contohnya adalah
sebagai berikut: “Apa kamu sedang bermimpi?”, tanya Irham. Anik kemudian berkata, “Sepertinya memang kondisinya
kurang menguntungkan.” Pada contoh di atas bisa dilihat, bahwa dalam satu
kalimat yang diapit tanda petik diikuti oleh tanda tanya, koma, dan bisa juga
tanda titik. Sehingga pembaca kemudian bisa tahu intonasi dari ucapan karakter
atau narasumber berita tersebut. Penggunaan tanda baca yang tepat inilah yang menjadikan
pembaca novel bisa merasakan emosi dari novel yang dibacanya. Ketika ada suatu
masalah yang membuat tokoh utama bersedih. Maka penulis akan memakai tanda baca
yang sesuai, supaya rasa sedih itu tergambar dengan jelas. Pesan tersebut kemudian bisa diterima oleh pembaca,
sehingga pembaca ikut merasakan kesedihan bahkan ikut menangis. Jika dalam film
kemampuan akting memberi gambaran terhadap emosi suatu karakter. Maka dalam
tulisan, penggambarannya digantikan oleh penggunaan tanda baca. Jadi, dalam menulis tak hanya perlu paham daftar
kata yang tidak boleh di awal kalimat namun juga paham bagaimana
memilih dan menggunakan tanda baca yang tepat. Hal ini akan membantu menjadikan
kalimat lebih efektif, sehingga mudah dipahami dan enak untuk dibaca. 3.
Menuliskan Kata Serapan Kesalahan berikutnya adalah dari penulisan kata serapan,
yakni jenis kata yang berasal dari bahasa asing kemudian diubah atau berubah
menjadi bahasa Indonesia. Ada banyak kata serapan yang kita kenal dan sering
digunakan dalam ucapan sehari-hari, sehingga lumrah juga ditemukan dalam
tulisan. Misalnya kata koperasi, yang memang bentuknya sudah baku
namun berasal dari bahasa Inggris dari kata co-operation yang
memiliki arti “bekerja sama”. Menariknya, kata serapan ini bisa membingungkan
ketika ditulis dalam suatu kalimat, karena dijamin jauh lebih mudah ketika
diucapkan. Kesalahan saat menuliskan kata serapan ini kemudian
membuat penulis menggunakan kata tidak baku. Pada saat di cek memakai suatu
aplikasi atau platform maka akan diketahui kata mana saja yang
diketahui tidak baku. Adapun contoh kata serapan ini antara lain:
Memahami betul bahwa dalam bahasa Indonesia ada banyak
kata serapan, maka perlu mempelajari bentuk bakunya. Tidak ada salahnya
mengecek dulu lewat internet sebelum membubuhkan kata serapan tersebut. Supaya
sejak awal bisa memastikan sudah memakai bentuk baku. 4.
Penulisan Huruf Kapital Kesalahan selanjutnya selain kesalahan dalam
menuliskan daftar kata yang tidak boleh di awal kalimat adalah
keliru dalam menuliskan huruf kapital. Huruf kapital memang ada aturan khusus
yang menyertainya. Sehingga dalam satu kalimat tidak semua huruf ditulis
memakai huruf kapital. Seringnya, dalam satu kalimat hanya ada satu huruf
kapital. Yakni huruf pertama pada kata pertama dari kalimat tersebut. Huruf
kapital wajib digunakan untuk menuliskan huruf pertama pada kata pertama
setelah kalimat dan paragraf di depannya sudah diakhiri dengan tanda
baca. Selain dari itu, sesuai dengan pedoman di dalam EYD ada
beberapa ketentuan lagi dalam penulisan huruf kapital. Sesuai dengan EYD pada
beberapa kondisi berikut penulisan huruf wajib memakai huruf kapital:
Penulisan huruf kapital memang mencakup berbagai poin,
selain yang sudah disebutkan masih ada lagi ketentuan lain. Sehingga perlu
benar-benar diperhatikan, karena huruf kapital biasanya digunakan untuk
menunjukkan tanda hormat. Selain itu juga wajib digunakan untuk huruf pertama
setiap kata pada judul, kecuali pada kata hubung di dalam judul. Jika masih
bingung, maka bisa mencari referensi tambahan untuk bisa lebih memahami aturan
mengenai penggunaan huruf kapital tersebut. Kiat
Menghindari Kesalahan dalam Menulis Kesalahan di dalam kegiatan kepenulisan sekalipun jamak
dijumpai, sudah tentu perlu dijadikan perhatian. Sebab kesalahan yang terlalu
sering dan juga dilakukan banyak orang akan memunculkan efek latah. Artinya
kesalahan tersebut juga akan dilakukan oleh lebih banyak orang lagi yang
membaca tulisan tersebut. Apalagi masih banyak teks berita di surat kabar maupun di
website berita yang penulisannya masih keliru. Sehingga penting bagi siapa saja
untuk bisa terus belajar, sehingga tahu betul semua pedoman dalam menulis
kalimat yang efektif sekaligus yang baik dan benar.
Usahakan juga untuk rutin membaca, terutama dari media
yang kredibel dan buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit ternama. Sebab
biasanya editor penerbit akan memeriksa juga kesalahan sekecil apapun, termasuk
kesalahan penggunaan kata dan tanda baca. Perlahan kesalahan saat
menggunakan daftar kata yang tidak boleh di awal kalimat dan
kesalahan lain bisa dihindari. |