Apa itu manajemen mikro? Micromanagement adalah gaya kepemimpinan yang
melibatkan evaluasi kerja dan kinerja yang sering dan menyeluruh. Ini
adalah tindakan mengawasi atau mengatur setiap detail pekerjaan
seseorang. Ketika seseorang mengelola setiap elemen kecil dari suatu tugas
sampai pada titik di mana ia menghambat penyelesaiannya, ini dikenal sebagai
manajemen mikro. Biasanya, ini berarti menetapkan tenggat waktu yang
ketat, meneliti pekerjaan secara ekstensif, dan menentukan setiap detail
tentang bagaimana tugas harus diselesaikan. Seorang micromanager seringkali memiliki tingkat
keterlibatan yang tinggi dalam semua elemen pekerjaan
bawahannya. Memotivasi dan mengumpulkan satu regu untuk waktu terbatas
bisa menjadi pendekatan yang efektif. Tetapi jika digunakan dalam jangka
waktu yang lama, itu dapat memiliki efek bencana. Micromanagement memiliki
berbagai konsekuensi negatif. Hal ini dapat berdampak buruk pada moral
karyawan dan kualitas pekerjaan mereka. Contoh
dan tanda manajemen mikroSetelah
Anda terbiasa, perilaku micromanager akan sulit dikenali. Tetapi ada
beberapa tanda bahwa Anda berurusan dengan manajemen mikro. Contoh
manajemen mikro adalah:
Apa yang memotivasi manajer untuk melakukan
micromanage?#1. takut
membuat kesalahanManajer
sering menggunakan manajemen mikro karena mereka takut tim mereka akan membuat
kesalahan. Mereka sering menggunakannya untuk menghindari potensi risiko
atau hasil negatif. Manajer percaya bahwa jika mereka tidak mengawasi
segala sesuatu yang menimbulkan kekacauan, karyawan mereka tidak akan
mendapatkan hasil yang mereka inginkan. Mereka khawatir jika mereka tidak
memantau aktivitas karyawan mereka dengan cermat, mereka dapat membuat
kesalahan serius dan mahal yang membahayakan karyawan dan pekerjaan mereka. #2. Anggota tim tidak cukup dipercayaKurangnya
kepercayaan pada anggota tim seringkali menjadi penyebab manajemen mikro. Evaluasi
manajer atas keterampilan tim dibandingkan dengan tingkat keterampilan sering
menimbulkan ketidakpercayaan. Manajer mungkin merasa mereka perlu terus
memantau dan mengawasi anggota tim untuk memastikan mereka bekerja secara
efisien dan memenuhi standar organisasi. Mereka mungkin perlu memeriksa
ulang pekerjaan anggota tim untuk memastikan semuanya bekerja dengan lancar dan
arahan mereka diikuti. #3. Harapan
yang tidak realistis dari anggota timSupervisor
yang melakukan micromanage sering kali memiliki ekspektasi yang tidak realistis
terhadap anggota timnya. Manajer sering kewalahan dengan ekspektasi
mereka, yang mengarah ke manajemen mikro. Mereka sering melebih-lebihkan
keterampilan dan kemampuan anggota tim mereka dan menjadi marah ketika hal-hal
tidak berjalan sesuai rencana. Hal ini sering kali mengarah pada
ekspektasi berlebihan, ekspektasi yang tidak realistis, dan banyak tekanan bagi
anggota tim. #4. takut akan hal yang tidak
diketahuiKetakutan
akan hal yang tidak diketahui adalah alasan utama lainnya mengapa para manajer
beralih ke manajemen mikro. Manajer mungkin percaya bahwa jika mereka
tidak memegang kendali penuh atas setiap aspek, akan terjadi kesalahan dan
mereka akan dimintai pertanggungjawaban. Persepsi yang tidak menguntungkan
tentang hal yang tidak diketahui ini terkadang dikaitkan dengan kurangnya
kepercayaan pada bakat karyawan. Ketakutan ini juga dapat muncul sebagai
akibat dari perubahan terus-menerus di sektor bisnis, yang dapat membuat
manajer lebih memperhatikan masalah atau masalah yang tidak biasa. #5. keengganan konflikUntuk
menutupi ketakutan dan kerentanan mereka, para manajer yang takut akan konflik
sering beralih ke manajemen mikro. Ketika seorang manajer mengantisipasi
ketidaksepakatan, mereka sering mencoba menghindarinya dengan memaksakan
kehendak mereka pada tim atau mencoba mengatur setiap aspek secara mikro. Hal
ini sering menimbulkan stres dan kemarahan di antara anggota tim karena tidak
diperbolehkan untuk mengekspresikan diri secara bebas. #6. obsesi dengan kekuasaanBos
yang terobsesi dengan kekuasaan cenderung terlalu kritis dan mengawasi karyawan
mereka. Mereka sering berasumsi bahwa mereka tahu yang terbaik dan bahwa
karyawan mereka perlu dibimbing dan terus dipantau untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Manajer yang merasa seperti ini sering menggunakan manajemen
mikro untuk melatih kekuatan mereka dan merasa bahwa mereka sedang membuat
perbedaan. Mengapa
manajer harus menghindari manajemen mikro?Micromanagement
telah menjadi strategi manajemen yang populer dalam beberapa tahun terakhir. Jelas
bagi beberapa manajer karena kepribadian mereka. Dan yang lain sengaja
membangunnya karena sifat perusahaan tempat mereka bekerja. Ini
membutuhkan manajemen dan pengawasan staf yang tidak perlu sampai pada titik di
mana pekerjaan menjadi sangat membosankan dan membuat frustrasi. Bahkan
jika dimulai dengan niat yang mulia, itu bisa berakibat fatal. Budaya
beracun bisa berakibat fatal bagi bisnis Anda. Ada beberapa alasan mengapa
menjadi micromanager adalah ide yang buruk: #1. Tanggung
jawab tim rendahJika
Anda seorang manajer, Anda pasti ingin karyawan Anda menjadi produktif dan
mencapai tujuan apa pun yang Anda tetapkan untuk mereka. Tingkat
kepemilikan yang diambil tim adalah salah satu kunci keberhasilannya. Menurut
penelitian, tim yang dikelola mikro berada di bawah potensi mereka karena
mereka tidak dapat mengambil kepemilikan atas pekerjaan mereka dan menciptakan
solusi sendiri. Ketika manajer mengelola orang-orangnya secara mikro,
mereka menghilangkan kemampuan tim untuk membuat keputusan yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Produktivitas yang rendah dan bahkan
frustrasi dapat diakibatkan oleh kurangnya otonomi dan akuntabilitas ini. #2. Meningkatnya
ketidakhadiran sebagai akibat dari meningkatnya stres dan rendahnya
kesejahteraanTerlalu
banyak manajemen mikro dapat menyebabkan peningkatan stres dan kesejahteraan
yang rendah, yang dapat menghambat produktivitas. Menurut penelitian,
pekerja dengan tingkat stres tinggi lebih cenderung tidak masuk kerja. Menurut
sebuah penelitian, karyawan yang terus-menerus merasa di bawah kendali dan
tekanan dari manajernya cenderung tidak hadir di tempat kerja. Mereka juga
lebih rentan terhadap stres terkait pekerjaan dan perselisihan dengan
manajemen, yang menyebabkan penurunan produktivitas dan ketidakpuasan kerja
atau hilangnya komitmen terhadap perusahaan. Mereka juga dapat lebih
khawatir dari waktu ke waktu, yang merugikan semua orang yang terlibat karena
berdampak pada kesejahteraan karyawan. #3. Lemahnya
kreativitas dan inovasi timManajer
yang mengelola mikro karyawannya membatasi kebebasan berkreasi mereka. Micromanagement
menghambat inovasi tim. Ini mendorong orang untuk tetap berpegang pada
rutinitas dan proses yang sudah mapan alih-alih mengeksplorasi kemungkinan
baru. Manajer yang terlalu sering mengintervensi proses kreatif menurunkan
kualitas produk kerja, membatasi aliran ide baru, dan membatasi inovasi. Ini
mengarah pada pekerjaan yang buruk tanpa imajinasi dan inovasi. #4. Moral
dan komitmen tim yang buruk
Micromanagement
sering memiliki efek berlawanan yang diharapkan manajer. Alih-alih
memotivasi dan melibatkan anggota tim mereka, mereka membenci gangguan dan
merasa terdesak. Manajer menjadi kesal ketika mereka mencoba mengatur
mikro setiap area pekerjaan tim mereka, dan menjadi sulit bagi anggota tim
untuk melakukan pekerjaan terbaik mereka. Karena mereka terganggu oleh
meningkatnya stres dan rintangan di tempat kerja, kesulitan ini menghalangi
mereka untuk sepenuhnya terlibat dalam pekerjaan mereka. |