PENANGANAN pandemi Covid-19 yang semakin membaik, beberapa
sektor perlahan pulih. Tak terkecuali sektor bisnis, khususnya e-commerce,
karena adanya penyesuaian perilaku pelanggan yang tadinya hanya mampu membeli
barang secara online kini mempunyai opsi lain. Dilansir Kontan.id, Direktur Eksekutif, Kepala Departemen
Kebijakan Sistem Pembayaran (DKSP) Bank Indonesia, Filianingsih Hendarta
menyebut terdapat peningkatan total nilai transaksi e-commerce pada Februari
2022 yang tercatat mencapai Rp 30,8 triliun. Hal ini berarti ada kenaikan
sebesar 12,82 persen year on year (yoy) dari Februari 2021 sebesar Rp 27,3
triliun. Peningkatan ini disebabkan pandemi yang justru mendorong
akselerasi dan mengubah kebiasaan masyarakat dalam mengadopsi teknologi
digital. Faktor lainnya disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi
digital, seperti kemudahan sistem pembayaran digital dan layanan digital bank,
yang dalam periode JanuariāJuni 2022 tercatat sebesar Rp 185,7 triliun atau
tumbuh 40,6 persen yoy. Didorong pembatasan sosial sudah hampir tidak ada, ternyata
perilaku masyarakat masih cukup tinggi untuk aktivitas belanja secara daring.
Mengutip Kompascom, Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI)
memperkirakan 20 persen masyarakat Indonesia tetap memilih berbelanja online
meski banyak mal yang kapasitasnya telah dibuka 100 persen. Hal ini disebabkan
mereka menganggap pusat belanja sebagai tempat membeli barang saja. Namun, disisi lain, ada hal-hal tertentu yang tak bisa
dilakukan jika kita berbelanja secara online. Salah satu aspek utamanya adalah
pengalaman merasakan produk atau jasa secara langsung. Misalnya, pengguna dapat
berinteraksi dengan produk atau penyedia jasa untuk berkonsultasi sebelum
melakukan transaksi. Inilah alasan mengapa kehadiran toko offline masih
merupakan langkah yang masih ditempuh sebagian besar bisnis online. Apa Itu Model Bisnis O2O? Menjawab peluang itu, model bisnis
O2O (online to offline) pun hadir. Dikutip dari Investopedia, O2O commerce
adalah strategi bisnis yang menarik pelanggan lewat media daring, seperti media
sosial, situs web, e-mail, atau iklan digital, untuk melakukan pembelian di
toko fisik. Adapun bisnis dengan model O2O akan memberikan informasi
hingga menawarkan diskon secara daring untuk mendorong konsumen datang ke toko
fisik dan menikmati layanannya. Itu sebabnya, model bisnis ini memerlukan
strategi pemasaran yang unik agar mampu menarik minat para konsumen untuk
bertandang ke toko. Sebelum menerapkan bisnis ini, perusahaan dianjurkan membuat
platform daring terlebih dahulu sebagai upaya pemasaran dan penjualan serta
mengenal karakteristik konsumen. Setelahnya, barulah perusahaan bisa menggaet
konsumen dengan berbagai sales method atau gimmick agar menikmati pengalaman
berbelanja secara luring. Di Indonesia, O2O sudah mulai diterapkan oleh para pebisnis,
sebut saja Uniqlo, Base, dan Love, Bonito. Meski semuanya telah memiliki situs
daring untuk membantu konsumen mencari produk yang diinginkan, konsumen bisa
mengambil atau mencoba produknya di toko fisik. Tak hanya toko fisik,
bisnis-bisnis itu juga kerap membuat experience booth di festival atau acara
tertentu, misalnya Base yang membuat Garden by the BASE di acara Brightspot
Renew 2022. Manfaat Model Bisnis O2O Selain kelebihan yang telah
disebutkan, O2O juga memiliki manfaat bagi pelaku bisnis. Dilansir dari
Simicart, manfaat pertama O2O adalah mampu meningkatkan brand awareness dan
jangkauan pelanggan. Hal ini disebabkan aktivitas masyarakat yang kini beralih
ke daring membuat brand lebih dikenal jika memaksimalkan digital marketing,
seperti iklan di media sosial. Kedua, yaitu efisiensi waktu pemasaran. Untuk membuat iklan
konvensional, misalnya baliho, dibutuhkan waktu dan biaya yang tak sedikit.
Akan tetapi, hal ini bisa diatasi jika memanfaatkan iklan daring karena mampu
menjangkau konsumen dengan lebih cepat. Selain itu, pemilik bisnis juga bisa
menganalisis tren dan perilaku konsumen agar strategi pemasaran tepat sasaran. Ketiga adalah menjaga kepercayaan konsumen. Menurut survei
yang dilakukan Jakpat terhadap tren belanja masyarakat Indonesia pada kuartal
pertama 2022, alasan pembeli membeli barang secara online karena promo yang
lebih besar dibanding membeli di toko offline. Sayangnya, tak semua produk yang dilihat melalui gawai sesuai
dengan aslinya. Apalagi, produk diskon biasanya dikhawatirkan memiliki
kecacatan. Dengan datang ke toko, konsumen dapat melihat dan merasakan produk
yang dibeli secara langsung sehingga mampu menjaga kepercayaan mereka. Potensi O2O di Dunia E-Commerce sebagai Hybrid Experience Model bisnis O2O tidak hanya mengubah mentalitas konsumen dan
model layanan, tetapi juga membawa tantangan baru bagi para perusahaan
e-commerce untuk terus berkembang dan memberikan layanan terbaik. Itu sebabnya,
model bisnis ini memiliki potensi besar untuk menggabungkan dua pengalaman berbelanja
sekaligus. Selain itu, melihat pertumbuhan e-commerce di Indonesia
semakin pesat, pengalaman berbelanja secara hybrid akan semakin diminati
masyarakat kedepannya. Sebab, perusahaan (brand) dapat menjangkau pelanggan
melalui berbagai kanal, baik secara online atau toko offline. Hal ini membuat
pembeli sangat terbantu karena berbelanja menjadi lebih efisien.
Oleh karena itu, perusahaan startup yang bergerak di bidang
e-commerce memiliki peluang yang besar untuk terus berinovasi dengan
menghadirkan ide-ide menarik untuk menggaet target audiens yang lebih masif. |