Perbaikan secara terus menerus atau continuous improvement telah menjadi tuntutan bagi setiap organisasi saat ini. Berbagai organisasi berusaha memperbaiki diri agar tidak tertinggal dengan perkembangan dunia yang semakin maju dan mengglobal. Hal ini harus menjadi perhatian bagi sebuah organisasi, gaya organisasi perintah atau komando menjadi sharing atau partisipatif. Organisasi harus memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk selalu belajar dan berkembang sehingga dapat memberikan dampak positif bagi organisasi tersebut. Salah satu strategi yang harus dilakukan adalah mengembangan learning organization. Learning Organization atau organisasi pembelajar pertama kali dipopulerkan oleh Peter Senge dalam bukunya The Fifth Discipline (1990). Menurut Sengen, keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mengembangkan institusinya menjadi organisasi pembelajar. Di dalam buku tersebut juga dijelaskan bahwa organisasi pembelajar merupakan wadah bagi orang-orang yang terus menerus meningkatkan kapasitasnya untuk menciptakan hasil yang benar-benar diharapkan. Idealnya di dalam organisasi pembelajar, setiap individu mampu mengembangkan berbagai pemikiran barunya, bebas menyampaikan aspirasinya, dan bagaimana masing-masing individu terus belajar bagaimana belajar bersama. Untuk mencapai tujuan tersebut, Senge menyarankan penggunaan 5 komponen teknologi, yaitu: pemikiran sistem, penguasaan pribadi, model mental, visi bersama dan pembelajaran tim. Beberapa ahli juga merumuskan pengertian organisasi pembelajar. C. Marlene Fiol and Marjorie A. Lyles (1985), organisasi pembelajar memiliki arti sebagai proses meningkatkan tindakan melalui pengetahuan dan pemahaman yang lebih. Hal tersebut dapat diartikan bahwa, setiap individu harus selalu belajar untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang nantinya akan berpengaruh pada tindakan yang dilakukan dalam organisasi. George P. Huber (1991) menambahkan bahwa organisasi pembelajar adalah sebuah entitas belajar yang memproses informasi sehingga dapat mengubah perilaku individu menjadi lebih baik. Dari pengertian ini menunjukkan bahwa hasil dari belajar dapat mengubah perilaku individu dalam suatu organisasi menjadi lebih baik. Secara sederhana, organisasi pembelajar adalah organisasi yang terampil dalam menciptakan, memperoleh, dan mentransfer pengetahuan, memodifikasi perilakunya untuk memcerminkan pengetahuan dan wawasan baru. David A. Garvin menjelaskan terdapat lima komponen yang harus dimiliki oleh organisasi pembelajar, yaitu: pemecahan masalah dengan sistematis, eksperimen dengan pendekatan baru, belajar dari pengalaman sendiri dan sejarah masa lalu, belajar dari pengalaman dan praktik terbaik orang lain, dan mentransfer pengetahuan dengan cepat dan efisien ke seluruh organisasi. Salah satu bentuk organisasi pembelajar yang saat ini banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi baik pemerintah maupun swasta adalah Corporate University (Corpu). Salah satu lembaga pemerintah yang sudah menerapkan Corpu adalah Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Sesuai dengan dasarnya sebagai organisasi pembelajar, Kemenkeu Corpu memiliki tujuan utama yaitu terwujudnya Kementerian Keuangan sebagai Learning Organization. Kemenkeu sendiri merumuskan 10 komponen kunci dari organisasi pembelajar yang mereka laksanakan, yaitu: 1) Strategic Fit and Management Commitment, 2) Learning Function Organization, 3) Learning Spaces, 4) Learning Solutions, 5) Leaders Participation in Learning Process, 6) Learners, 7) Knowledge Sharing Culture, 8) Feedback, 9) Learning Value Chains, 10) Learners Performance. |