Carter dan Usry (2006:272) menyatakan bahwa: Analisis titik impas digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang terjadi selama periode tertentu. Analisis break even point dapat digunakan untuk menentukan titik dimana penjualan dapat menutup biaya-biaya yang dikeluarkan supaya perusahaan tidak menderita kerugian dan dasar pengambilan keputusan jumlah penjualan miimal yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian serta mengetahui efek perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh. Dapat diambil kesimpulan bahwa analisis break even adalah suatu cara atau alat atau teknik yang digunakan untuk mengetahui volume kegiatan produksi (usaha) dimana dari volume produksi tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita rugi. Tujuan analisis impas adalah untuk menentukan volume penjualan dan bauran produk untuk mencapai tingkat laba yang ditargetkan atau laba sebesar nol.

Titik impas (break even point), membuat manajer suatu perusahaan dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyaratkan agar terhindar dari kerugian, dan diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk masa yang akan datang. Dengan mengetahui titik impas ini, manajer juga dapat mengetahui sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh perusahaan yang dipimpinnya.

 analisa BEP terdapat dua macam biaya:

Biaya tetap

Carter dan Usry (2006:58) menjelaskan bahwa : “Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak dapat berubah secara aktivitas meningkat atau menurun”.

Biaya Variabel

Carter dan Usry (2006:59) menyatakan bahwa “Biaya variabel adalah sebagai biaya yang secara total meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proposional terhadap penurunan dalam aktivitas”.

Dasar Asumsi Analisis Break Even Point

Ketidakpastian masa depan, kemungkinan pola-pola perilaku biaya non linier, dan sifat dunia bisnis yang senantiasa bergejolak menuntut asumsi-asumsi yang membatasi aplikasi teknik analisis break even point. Keterbatasan-keterbatasan analisis break even point sepatutnya dievaluasi secara cermat dalam rangka memastikan bahwa asumsi-asumsinya realistis untuk seperangkat kondisi operasi nyata. Jika dilihat lebih dalam lagi mengenai pengertian, perhitungan, dan konsep biaya yang mendasari analisis ini, asumsi-asumsi yang dapat ditampilkan adalah:

ADVERTISEMENT

·         Harga jual per unit tidak berubah-ubah dalam berbagai volume penjualan.

·         Perusahaan berproduksi pada jarak kapasitas yang relatif konstan.

·         kapasitas tertentu sedangkan biaya variabel berubah secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan perusahaan.

·         Jumlah perubahan persediaan awal maupun persediaan akhir tidak berarti.

Jika perusahaan menjual lebih dari 1 macam produk, komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah. Halim dan Supomo (2005:58).

Margin of Safety

Halim dan Supomo (2005:57) menyatakan bahwa: Margin Keamanan adalah selisih antara rencana penjualan (dalam unit atau satuan uang) dengan impas (dalam unit atau satuan uang) penjualan. Margin of safety memberikan informasi tentang seberapa jauh realisasi penjualan dapat turun dari rencana penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Penurunan realisasi penjualan dari rencana penjualan maksimum harus sebesar magin of safety agar perusahaan tidak menderita kerugian.

Perusahaan yang mempunyai margin of safety yang besar lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai margin of safety yang rendah, karena margin of safety memberikan gambaran kepada manajemen beberapa penurunan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum memperoleh laba.

 


 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved