Perkembangan disrupsi teknologi yang \npesat dianggap sebagai tantangan sekaligus ancaman bagi profesional di \nbidang akuntansi. Salah satunya dengan kemunculan aplikasi atau software akuntansi. Teknologi ini mampu menggantikan peran auditor karena bisa menampilkan dan melaporkan data real time secara akurat. \nTidak hanya itu, harga terjangkau dan \nberbagai kemudahan yang ditawarkan aplikasi akuntansi menjadi daya tarik\n tersendiri bagi pengusaha. Arus disruptif tersebut cukup meresahkan, \nmengingat auditor belum tentu mampu menyelaraskan kemampuan dengan \nteknologi tersebut. \nTantangan berikutnya, auditor harus \nmeningkatkan kemampuan analisis, baik secara teknik maupun fundamental. \nJadi, dalam hal ini, auditor tidak hanya melakukan audit, tetapi juga \nmenjadi penasehat dan pembuat keputusan tepercaya. \n
Teknologi kerap memanjakan pengguna \nkarena kemudahan dalam pengoperasiannya. Namun, auditor tetap wajib \nmelakukan audit internal secara intensif. Tidak seharusnya, pengusaha \nmaupun auditor terlena dengan kecanggihan teknologi akuntansi. \nTeknologi akuntansi memang dirancang \nakurat dan transparan, tetapi risiko kecurangan hanya bisa dikendalikan \noleh penggunanya. Bisa jadi, ada perubahan data saat proses input. Di \nsinilah, tugas auditor, memastikan data yang dimasukkan ke sistem sesuai\n dengan di prosedur yang berlaku. \n
Tantangan ketiga; auditor harus menguasai0knologi dan informasi terbaru di era revolusi industri 4.0. Suka atau\n tidak, pengetahuan dan penguasaan tersebut memengaruhi kualitas kinerja\n auditor. Bisa dikatakan, semakin luas wawasan serta kemampuan, \nprofesionalitasnya semakin meningkat. \nSalah satu cara auditor mendapatkan \npengetahuan teknologi dan informasi, yakni melalui dunia pendidikan. \nArtinya, saat menjalani kuliah, calon auditor harus mengasah kemampuan \nteknologi digital. Dengan begitu, usai lulus dari perguruan tinggi, \ncalon auditor mudah terserap di dunia kerja yang diinginkan. \n
Auditor tidak hanya melakukan audit \ninternal/eksternal, tetapi juga menjadi konsultan. Namun, tantangannya, \nauditor harus mampu bersikap profesional. Artinya, semua koreksi dan \ninformasi dari auditor, mesti evaluatif. Dengan evaluasi tersebut, \nharapannya, masalah di internal organisasi maupun perusahaan bisa \nteratasi. \n
Di era revolusi industri 4.0, auditor \nmemiliki tugas untuk memastikan proses akuntansi di organisasi atau \nmanajemen perusahaan berjalan dengan benar. Dalam hal ini, auditor \nmenilai secara objektif dan memberikan rekomendasi langkah kepada \nmanajemen. Selain itu, auditor juga harus mampu mengoreksi seberapa \nefisien penggunaan sumber daya di level manajemen. \n
Belakangan ini, sebagian aplikasi akuntansi sudah berbasis blockchain.\n Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi akuntan; data perusahaan \nharus didistribusikan tepat sasaran. Pasalnya, kesalahan distribusi \ndata, bisa menimbulkan kebocoran sistem akuntansi perusahaan. \nDemikian beberapa tantangan yang harus dihadapi auditor saat melakukan auditing\n di era revolusi industri 4.0. Di masa sekarang, teknologi akuntansi \nmemang memberikan pengaruh besar bagi perkembangan perusahaan. Namun, \nkeberhasilan pengontrolan, pengawasan, serta evaluasi yang berdampak \npada kemajuan usaha, tetap berada di tangan auditor. \ntehttps://maksi.binus.ac.id/2019/08/21/tantangan-auditing-di-era-revolusi-industri-4-0-yang-wajib-diketahui-auditor/#:~:text=Artinya,%2 \n \n \n \n \n \n br> |